Beranda | Artikel
Urgensi dan Esensi Tauhid
Minggu, 14 Oktober 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Haidar As-Sundawy

Urgensi dan Esensi Tauhid merupakan rekaman ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Haidar As-Sundawy dalam pembahasan Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad karya Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada 12 Dzul Hijjah 1439 H / 24 Agustus 2018 M.

Status Program Kajian Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I`tiqad

Status program kajian Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I`tiqad: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Jum`at, pukul 16:30 - 18:00 WIB.

Download mp3 kajian sebelumnya: Aqidah Intisari Dakwah

Kajian Tentang Urgensi dan Esensi Tauhid – Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad

Aqidah Islam adalah aqidah yang dibangun diatas enam landasan pokok. Keseluruhan landasan ini ditetapkan berdasarkan Al-Qur’an, sunnah yang shahih dan ijma’ (kesepakatan para ulama) bagi umat ini. Didalam Al-Qur’an, bertebaran menekankan enam poin pokok ini. Diantaranya:

لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ …

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi…” (QS. Al-Baqarah[2]: 177)

Khusus tentang takdir, Allah jelaskan dalam surat Al-Qamar ayat ke-49:

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ ﴿٤٩﴾

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qamar[54]: 49)

Juga dalam Al-Baqarah ayat ke-285, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّـهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ ۚ …

Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, …” (QS. Al-Baqarah[2]: 285)

Intinya, seluruh ayat menekankan kita untuk mengimani enam poin yang tadi telah diterangkan. Selain ayat, banyak pula hadits yang menjelaskan hal ini. Diantara hadits yang terkenal dengan sebutan hadits Jibril.

Iman Kepada Allah

Tiga poin yang wajib tercakup dalam beriman kepada Allah. Yaitu:

Pertama, meyakini dengan keyakinan yang pasti bahwa Allah lah satu-satunya pencipta, pengusa, pengatur seluruh alam.

Kedua, meyakini bahwa Dia lah satu-satunya yang berhak diibadahi. Tidak ada sekutu dalam hal ini. Seluruh sesembahan yang disembah selain Allah adalah sesembahan yang batil. Peribadahan kepada sesembahan yang batil adalah peribadahan yang batil pula. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّـهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّـهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ ﴿٦٢﴾

(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Hajj[22]: 62)

Ketiga, ini adalah poin yang amat sangat penting. Yaitu meyakini bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang mulia dan sempurna. Kesempurnaan dan kemuliaanya juga begitu sempurna. Dia suci dari segala kekurangan dan aib. Allah juga tidak memiliki sifat-sifat yang tak layak dimiliki oleh Allah. Seluruh sifat yang disucikan dari diri Allah, tidak didasarkan pada akal atau otak manusia. Tapi didasarkan pada nash yang bersumber dari Allah dan dari RasulNya.

Dari ketiga poin ini, lahirlah tiga jenis tauhid. Karena Allah wajib ditauhidkan dalam tiga hal ini.

Poin pertama, Allah adalah satu-satunya pencipta, penguasa, pengatur, tidak ada sekutu dalam hal itu. Poin pertama ini disebut dengan sebutan tauhid rububiyah. Berasal dari kata Rabb (pencipta). Siapa yang mengingkari tauhid rububiyah berarti dia menganggap Rabb lain selain Allah. Seseorang bisa syirik jika tidak meyakini ini.

Poin kedua, tauhid uluhiyah. Meyakini Allah satu-satunya ilah (sesembahan). Siapa yang tidak meyakini tauhid ini berarti dia menganggap ada sesembahan lain yang berhak disembah selain Allah. Ini merupakan kesyirikan.

Poin ketiga, Allah wajib ditauhidkan dalam hal asma wa shifat. Maknanya adalah bahwa sifat Allah Esa. Tidak ada yang menyamainya. Allah melihat, melihatnya Allah tidak sama dengan melihatnya makhluk. Allah mendengar, mendengarnya Allah tidak sama dengan mendengarnya makhluk. Begitu juga sifat-sifat yang lain. Allah istiwa di atas Arsy’, istiwanya Allah tidak sama dengan istiwa’nya makhluk yang lainnya. Siapa yang tidak meyakini hal ini berarti dia menganggap sifat Allah sama dengan sifat makhluk. Dan hal itu merupakan kesyirikan di bidang asma wa shifat.

Oleh karena itu, Allah wajib diEsakan dalam ketiga hal ini.

Simak Kajian Lengkapnya, Download dan Sebarkan mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Urgensi dan Esensi Tauhid – Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/44871-urgensi-dan-esensi-tauhid/